"Selamat Datang di Photography Blog . ::Anastopbgt Photography::. | Mari kita bingkai sejarah yang terjadi disekeliling kita, anak-cucu-cicit menjadi saksi hidup atas jejak yang ada..!! | Dan Terima Kasih Atas Kunjungan Anda"

Sunday, January 24, 2010

Hasil Lomba Adventure Rally Photo TNK Kaltim 2010


Alhamdulillah,...bisa mendapat Juara Ke-3 dari ratusan peserta....medan photo yang berat...terbalas sudah,..bisa nambah perlengkapan Photography nich.......

Tuesday, January 12, 2010

Rally Photo TNK Sebuah Usaha Membingkai Jejak Keseimbangan Ekosistem Hutan TNK Agar Manfaatnya Tetap Lestari.


Hutan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Karena hutan memberi sumber kehidupan dan keseimbangan lingkungan bagi makhluk hidup, termasuk manusia.  Hutan merupakan produsen kayu, hutan bermanfaat dalam mempertahankan kesuburan tanah, mencegah terjadinya erosi atau banjir, dan sebagai tempat mempertahankan keanekaragaman hayati, bahkan berfungsi sebagai penghasil oksigen dan pengatur iklim. Termasuk sebagai pengatur tata air tanah, penyimpan air tanah, dan mencegah masuknya kontaminasi air laut.  Negara Kita Indonesia tercinta memiliki kawasan hutan yang sangat luas dan beraneka ragam jenisnya, tercatat sebagai salah satu paru-paru dunia. Namun demikian tak dapat dipungkiri bahwa tingkat kerusakan hutan di Indonesia cukup tinggi terjadi dibeberapa hutan yang kita miliki mulai akibat pembakaran hutan, penebangan liar, pembukaan lahan pemukiman maupun pertanian dan lain sebagainya.


Taman Nasional Kutai atau biasa disebut TNK adalah sebuah Taman Nasional yang berada di wilayah Kabupaten Kutai Timur dan sebagian kecil wilayah Kota Bontang menurut pengelola balai memiliki lahan total seluas 198.629 ha. Kantor atau balai pengeloloa TNK berada di Kota Bontang. 

Namun seiring awal tahun 2000-an, wilayah TNK ini mulai dirambah masyarakat untuk dijadikan pemukiman dan lahan perkebunan sehingga wilayah TNK yang masih benar-benar asli mungkin jauh dibawah lahan yang seluas 198.629 ha pada akhir tahun 1990-an.




Tapi apa yang kulihat tadi pagi ketika menuju Balai konservasi ini, di sana sini sudah terlihat hamparan kawasan hutan yang habis dibabat, dibakar dan ditanami berbagai macam tanaman seperti padi, palawija dan jenis jenis tanaman keras. “Haruskah upaya menggapai kemakmuran justru membawa malapetaka ?” 
Kondisi  ini tentu saja menjadi ancaman terbesar terhadap keberadaan Flora dan Fauna, habitat satwa-satwa liar dan satwa dilindungi bukan saja kebanggaan kalimantan Timur atau Indonesia tetapi asset dunia.


Acara yang di ikuti oleh ratusan peserta lingkup Kalimantan Timur ini cukup menantang, mengasyikkan dan melelahkan. Sempat kenalan sesama Komunitas Pencinta Photography peserta dari Samarinda, Sangatta, tenggarong dan tuan rumah Bontang. Penulis merupakan salah satu utusan dari komunitas Photo PT.KPI.  Pada awalnya aku ogah-ogahan untuk mengikuti Rally Photo ini. Sudah terbayang di mataku medan Sangkima cukup berat dan pastilah membikin sengsara bagi mereka yang berani bermain di dalam tubuhnya. Apalagi beberapa teman sempat mengompori, “Photo kok di utan, cari penyakit!” sindir mereka. Tapi beranjak dari kejenuhan ritunitas kantor, lalu mengetahui beberapa teman kantor “gendeng” pada ikut, aku pun memutuskan untuk berangkat.




Hari minggu, 10 Januari 2010 dipagi hari yang cukup cerah setelah semalam digurur hujan, “Hati-hati ketika mengambil gambar, medan akan cukup berat, jangan melewati pembatas tali dari panitia, jaga nomornya untuk absensi di beberapa pos!” Demikian wejangan lantang pembuka dari seorang panitia pembuka acara. Walaupun mundur 1 jam dari jadwal acara pelepasan peserta cukup meriah dan heboh, peserta di lepas dengan jeda waktu agar focus pengambilan gambar dan momen dapat merata tiap peserta.  Ada beberapa pos yang wajib dilalui oleh peserta terpampang bak ular meliuk-liuk dipeta yang baru saja kudapatkan ketika registrasi di pos panitia, cukup membuat dahiku berkerut. Tiba - tiba, “Biasanya mem-photo model, mas, mas! Lah ini “blusuk-blusuk nang utan, lumayan, rek, rek! hehehe...” guman seorang peserta di sampingku. Ku perhatikan hingga menyentuh garis finish, ada beberapa pos mulai dari Start Pos Sangkima, Jembatan Gantung, melewati 2 Shelter, Pos Ulin raksasa, Lembatan Lole, Jembatan Shaolin, sebuah Shelter, terus menuju Jembatan Sling, pos 7 Putri, sebuah Shelter kembali kemudian sebelum garis finish ada sebuah Jembatan Sling lagi sebagai media “uji nyali” peserta lomba. Bagi ku Ulin raksasa lah yang ingin ku liat langsung buah dari penasaran cerita teman – teman yang pernah berkunjung.



Baru beberapa langkah dari pos awal, ku liat banyak Rol sinar mentari pagi menyusup di beberapa ‘ketiak’ rimba-mu TNK, “Jepret,…Jepret!” 
senang rasanya berhasil ku abadikan setitik karuniaMU wahai Sang Pencipta. “Haha, sorry mas, sampeyan merangkap modelku ya, tenang kalo menang bagi dua!” demikian kelakarku ketika kujadikan peserta di depanku sebagai model Photoku.  

Makin besar rasa kagumku ketika beberapa kupu-kupu, capung, kelabang hutan dan puluhan serangga unik yang baru kali ini bisa mampir di mataku asyik menari-nari diantara semak belukar di hadapanku, menyambut hangat, seolah – olah tahu aku bukanlah sang perambah hutan, aku bukanlah sang penyulut api itu yang membuat kehidupan mereka semakin menyempit dan menyempit.




Jembatan Gantung, berjalan di atas jembatan gantung yang bergoyang- goyang dengan bagian tengahnya terendam air sungai  merupakan pengalaman yang mengasyikan bagiku, terpaksa kulepas sepatu dan kaos kaki ku ini, bukan badanku yang ku takutkan, tetapi Nikon D90 + 18-200mmVR yang kujaga, sempat terlintas guyonan temanku dibelakang tadi, “hati-hati, mas, seharga Honda Vario itu yang melingkar di lehermu !” Aku menunggu satu persatu peserta bergiliran melintasi ‘jembatan maut’ ini. “Pak, berapa kekuatan jembatan ini?” gerutu seorang peserta wanita, “Ala, 10 orang sekaligus masih aman, mbak!” jawab seorang panitia di ujung sana. 

Peserta tersebut balik menggerutu,”gimana, kalau aku jatuh ?.... hahaha…” bukan jawaban yang diberikan tetapi disambut glak tawa ngakak peserta lainnya.




“Berapa bentangan tangan bisa merangkul pohon ini, mas?” tanyaku pada seorang panitia, membuka rasa takjub gagahnya sebuah pohon Ulin Raksasa berumur ratusan tahun berdiri dihadapanku. “Tujuh orang, mas!” demikian timpalnya dengan senyum bersahabat. Puluhan jepretan tak mau kulewatkan atas pertemuan langkaku ini, sekali- kali ku minta peserta lain ‘bergaya’ layaknya model professional meliuk di pinggir pohon raksasa ini. Tampak jelas umurnya yang cukup tua dengan guratan alam pada sekeliling kulit luarnya, puluhan pakis dan lumut seolah-olah berebut memeluk pohon langka ini. Senang sekali rasanya, dapat mendeskripsikan langsung cerita-cerita kelangkaan, kemegahan dan kegagahan Ulin Raksasa yang telah lama diceritakan oleh orang-orang kepadaku.




Semakin ke dalam dan jauh kutinggalkan garis start, pundakku mulai ‘cerewet’ minta dipijet karena gesekan kasar tas punggung kameraku, menyesal juga rasanya mengabaikan ajakan temanku untuk survey duluan lokasi rally. Karena pikirku biar ‘surprise’ dan dapat merasakan suasana petualangan sesungguhnya, biasalah, penyesalan selalu datang terlambat. Kondisi saat itu ibarat ‘maju kena, mundur pun apa lagi lebih kena' jika ku putuskan kembali saja ke garis start, sepertinya ‘rugi besar’ karena perjalanan ‘adventure’ku justru lebih jauh jika kembali . Akhirnya setelah ter-provokasi peserta wanita di depanku yang kulihat tetap senyum dan semangat bak ‘semangat 45’ adrenalin dan ego gender-ku mulai mendidih dan berkobar, “Tetap, semangat pantang mundur!” bisikku dalam hati.




Tibalah saat yang kutunggu-tunggu, sebuah Menara Pengintai  terbuat dari kayu ulin yang tingginya sekitar 20 meter masih berdiri kokoh pada sebuah bukit di dalam kawasan Taman Nasional Kutai ini, “persis seperti menara pengintai penjara kelas wahid!” gumanku.  Bagiku, menara itu menjadi saksi bisu tentang perjalanan nasib TNK yang sering disebut-sebut sebagai benteng terakhir hutan  hujan tropis dataran rendah di Kalimantan Timur (Kaltim). Rumah pohon demikian sebutan yang sering digunakan untuk menara ini, berada pada salah satu bukit tertinggi di TNK, maka dari atas menara itu terlihat sebagian kawasan konservasi Namun, ironis kawan, jangan bayangkan kawasan itu seperti taman safari di Afrika dengan berbagai jenis marga satwa liar saling mangsa atau berkeliaran. Pemandangan di bawah menara pengintai tersebut, menurutku ‘cukup mengenaskan’.  Sebagian besar yang terlihat dari ketinggian itu yang dominan adalah semak belukar, kebun warga, serta beberapa bagian terlihat lahan gundul kehitaman karena pembukaan lahan dengan sistem pembakaran tentunya. Semoga semua yang berkompeten dalam hal konservasi alam, termasuk masyarakat ke depannya dapat bersinergi menyembuhkan kondisi miris ini. Sebagai pemanis Rally panitia cukup kreatif dengan mengundang seorang model ‘Fotogenic’ sebagai sasaran tembak para Fotografer.


Sayup- sayup terdengar suara kerumunan orang yang asyik tertawa dan senda gurau, “cihuy, akhirnya berhasil menyentuh garis finish!” demikian suara dalam hatiku, senang rasanya  beberapa peserta sudah ‘berkelahi’ dengan kelapa muda dan jajanan pasar di pos terakhir garis Finish. Seketika hilanglah rasa lelah, keringat buah pembakaran energi ,buah dari semua rintangan yang berhasil ku lalui. Namun tak bisa kupungkiri, ada kegalauan besar di benak pikiranku, “Ini bukan akhir dari perjuangan, kawan! Tolong cintai dan selamatkan TNK-ku ini”. Nasibmu kini wahai TNK-ku, Dulu dari cerita para guru-ku dibangku sekolah, Kaulah kawasan hutan kayu damar terluas di dunia. Kaulah benteng terakhir hutan hujan tropis dataran rendah di Kalimantan Timur (Kaltim) dengan hamparan pepohonan, Kaulah surganya habitat kelompok primata seperti Orangutan (Pongo satyrus), Owa kalimantan (Hylobates muelleri), Bekantan (Nasalis larvatus), Kera ekor panjang (Macaca fascicularis fascicularis), Beruk (M. nemestrina nemestrina), dan Kukang (Nyticebus coucang borneanus). “Masihkah kita bisa berbangga dan bercerita bahwa di rumah kita ada orang utan, dirumah kita ada monyet bule, dirumah kita ada burung cantik bernama Enggang?” Sementara untuk menemuinya saja, sulitnya bukan kepalang, puluhan rintangan dan pos telah berhasil kulangkahi, tak satu pun kalian berhasil ku temui, bahkan menurutku lebih mudah memandangmu di kebun binatang saja!!”  


Sudah maksimalkah pencegahan terhadap perambahan hutan dengan dalih kehidupan pengentasan kemiskinan atau ladang berpindah, sudah maksimalkah usaha kewaspadaan terhadap potensi api dan kebakaran hutan diterapkan, sudah berapa hektar program reboisasi lahan gundul telah dilakukan serta sudah mencukupikah penempatan Penjaga Hutan, Polisi Hutan, Jaga Wana, dengan dimensi luasan Taman Konservasi yang harus di awasi.


Semoga semua pihak terketuk hatinya lewat lembar bingkai Photo kami untuk pelestarian nasihmu kelak wahai Taman Hutan berlabel Nasional.  Adventure Rally Photo TNK, Cintai dan selamatkan Taman nasional Kutai, Sekali lagi, “tolong cintai dan selamatkan TNK kita, kawan! kalau bukan kita siapa lagi?”


Penulis dan Fotografer : Chairunnas


Monday, December 21, 2009

Model



Abstract





Human Interest








Sunday, December 20, 2009

Landscape






Macro Photography






Terima kasih atas kunjungan anda......

Pulau bali pulau dewata…
Naik delman ditanah jawa…
Sungguh manis berbaik sangka…
Banyak teman banyak saudara…

  ©Template by Dicas Blogger. Edit by Anastopbgt